Terapi Hormonal Pengganti :
Antara Keuntungan dan Kerugian.
Sebagian besar penelitian mengenai terapi hormonal pengganti menyimpulkan bahwa penggunaan estrogen + progestin jangka panjang menambah resiko kesehatan yang bermakna dibandingkan dengan yang diketahui sebelumnya. Bila anda adalah satu dari berjuta penderita yang menggunakan terapi hormon pengganti, haruskah saat ini anda menghentikannya?
Terapi hormonal pengganti adalah terapi kombinasi estrogen dan progestin yang dalam jangka pendek digunakan untuk mengurangi keluhan fisik dan psikologik dari menopause.
Penggunaan terapi hormonal pengganti jangka panjang dilakukan atas dasar anggapan bahwa tindakan itu dapat mencegah penyakit jantung dan osteoporosis. Pada kenyataannya, hasil penelitian terakhir yang dilakukan dengan rancang penelitian yang baik memperlihatkan bukti bahwa bahwa penggunaan kombinasi estrogen dan progestin secara bermakna dapat meningkatkan resiko keganasan payudara, stroke dan serangan jantung.
Temuan dari “ Women’s Health Initiative Study”
Penelitian yang paling akhir ini memperoleh dana dari “ Women’s Health Initiative” yang melibatkan 16,608 wanita pasca menopause dan tidak menderita penyakit jantung. Wanita-wanita yang terlibat dalam peneltian ini diberi obat conjugated equin estrogen 0.625 mg serta medroxyprogesteron acetat 2.5 mg ( atau plasebo berupa pil gula). Maksud penelitian ini adalah untuk menentukan apakah terapi hormonal pengganti bermanfaat bagi kesehatan wanita.
Resiko sehubungan dengan penggunaan terapi hormon pengganti jangka panjang
Penelitian ini dirancang untuk berlangsung sampai tahun 2005, namun dihentikan oleh para peneliti dari “National Institutes of Health “ setelah berlangsung selama 5.2 tahun. Peneliti-peneliti tersebut sangat meyakini efek berbahaya dari terapi hormonal pengganti tersebut lebih besar dari efek yang menguntungkan. Keputusan penghentian tersebut didasarkan atas adanya efek negatif yang lebih tinggi pada peserta penelitian yang mendapatkan estrogen dan progestin dibandingkan dengan mereka yang menerima plasebo (pil gula) :
- 41% lebih tinggi dalam menderita stroke
- Pembekuan darah abnormal meningkat dua kali lipat
- 29% lebih tinggi menderita serangan jantung
- 26% lebih tinggi menderita keganasan payudara yang invasif
Manfaat terapi hormon pengganti jangka panjang
Penelitian diatas menemukan sejumlah manfaat dari pemberian terapi hormonal pengganti. Wanita dalam kelompok penerima estrogen dan progesteron dibandingkan dengan kelompok penerima plasebo menunjukkan manfaat sebagai berikut :
- 37% lebih sedikit kasus karsinoma kolon rektum
- 33% lebih sedikit kasus fraktura pangkal paha
- 24% lebih sedikit kasus fraktura umum
Meskipun manfaat tersebut terlihat bermakna, namun nampaknya lebih banyak wanita yang justru mendapatkan dampak berbahaya dari terapi hormon pengganti tersebut. Hasil penelitian tersebut dipublikasikan secara “on-line” oleh Journal of the American Medical Association (JAMA) dan didalam jurnal terbitan 17 July, 2002.
Resiko individual yang rendah
Sampai seberapa besar makna resiko sehubungan dengan pemakaian estrogen dan progestin? Berdasarkan penuturan Jacques Rossow, MD direktur pelaksana “Women’s Health Initiative” , resiko individual pada wanita yang memperoleh terapi hormon pengganti nampaknya rendah, akan tetapi resiko dalam populasi sangat besar.
Apa yang dapat disimpulkan dari penelitisan tersebut?
Menurut Dr. Rossouw, wanita yang sedang dalam terapi estrogen dan progestin harus bertanya pada dokternya apakah dia harus menghentikan konsumsi hormon tersebut.
Bila pemberian terapi tersebut untuk jangka pendek maka keuntungan masih lebih besar dibandingkan kerugian. Namun untuk pemakaian jangka panjang terapi hormonal pengganti harus dilakukan penilaian ulang.
Bagaimana dengan pemberian estrogen saja?
Penelitian diatas tidak menyangkut penggunaan estrogen saja yang umumnya disebut sebagai terapi estrogen pengganti ( estrogen replacement therapy – ERT ).
Penelitian mengenai ERT adalah bagian lain dari penelitian oleh “Women’s Health Initiative” . ERT adalah jenis terapi hormonal pengganti yang pertama. Wanita yang memperoleh ERT nampaknya mengalami peningkatan kejadian karsinoma endometrium. Oleh karena resiko ini, ERT hanya diberikan padamereka yang sudah tidak memiliki rahim ( pasca hysterectomy). Angka kejadian karsinoma endometrium tidak dijumpai pada pasien yang memperoleh terapi hormonal pengganti berupa kombinasi estrogen dan progestin.
ERT nampaknya meningkatkan resiko karsinoma ovarium. Berdasarkan penelitian yang di publikasi oleh JAMA 17 Juli 2002, disebutkan bahwa dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah memperoleh terapi hormonal pengganti, angka kejadian karsinoma ovarium pada wanita dengan ERT 60% lebih tinggi.
Angka tersebut nampaknya semakin meningkat dengan semakin bertambahnya lama pemakaian ERT . Oleh karena itu, bila saat ini anda sedang memakai ERT datanglah pada dokter untuk menentukan apa yang harus saudara lakukan.
Rekomendasi
“The National Institutes of Health” mengharapkan agar pasien yang mendapatkan terapi hormonal penganti berupa kombinasi estrogen dan progestin untuk tidak panik dan sebaiknya mengiikuti saran-saran berikut :
- Tanyakan pada dokter anda, apakah anda harus meneruskan atau menghentikan terapi hormonal pengganti tersebut.
- Bila anda sudah berusia 50 tahun ata lebih, lakukan skrining dengan mammografi setiap 1 – 2 tahun. Sangat dianjurkan agar wanita melakukan pemeriksaan skrining mamografi sejak usia 40 tahun.
- Jangan menggunakan estrogen + progestin untuk menurunkan resiko penyakit jantung dan komplikasinya
- Berbicaralah dengan dokter mengenai metode lain ( medikasi atau perubahan gaya hidup) untuk mencegah terjadinya serangan jantung,stroke dan osteoporosis. Metode medikasi lain dan perubahan gaya hidup nampaknya dapat menurunkan resiko kondisi diatas.
- Meskipun anda telah mendapatkan terapi hormonal pengganti, resiko individual anda masih rendah oleh karena itu anda tida perlu panik.
Rujukan :
- The National Women’s Health Information Center
http://www.4woman.org - The North American Menopause Society
http://www.menopause.org - American College of Obstetricians and Gynecologists
http://www.acog.com - Sumber lain :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar